Selasa, 22 Januari 2013

Manakah Bahasa Indonesia Kita ?

 

Bahasa adalah suatu media untuk mentransfer ide, gagasan dan apa saja yang dipikirkan oleh manusia. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain yang pada akhirnya akan menimbulkan interaksi dan respon balik dari orang lain. Bahasa adalah media tanpa batas yang membuat segala sesuatu termuat dalam pemahaman manusia sehingga bahasa memungkinkan untuk memahami bentuk – bentuk pemahaman manusia.

Bahasa mampu menunjukkan jati diri bangsa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia dan merupakan bahasa persatuan. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa membuat Indonesia kaya akan ragam bahasa daerah sehingga Bahasa Indonesia lah yang membuat berbagai macam suku di Indonesia mampu berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa Indonesia secara resmi mulai digunakan sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Penggunaan Bahasa Indonesia di masyarakat Indonesia sudah lebih meluas pada jaman ini. Pada jaman dahulu, kebanyakan anak – anak diperkenalkan dengan bahasa daerah sebagai bahasa yang pertama kali diajarkan oleh orang tua, sehingga kehidupan anak – anak sangat lekat dengan bahasa daerah. Bahasa Indonesia baru diperkenalkan kepada anak ketika anak mulai memasuki bangku sekolah. Namun, tidak demikian halnya dengan masa sekarang ini. Anak – anak sudah diperkenalkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka. Tentu ada nilai positif dan negatif dari pergeseran – pergeseran tersebut.

Masyarakat Indonesia pun mengenal banyak versi Bahasa Indonesia. Pembedaan versi – versi ini sudah semakin berkembang dengan adanya pengaruh – pengaruh dari budaya asing serta berkembangnya kreatifitas masyarakat dalam berbahasa. Berubahnya gaya hidup masyarakat Indonesia juga mempengaruhi munculnya berbagai versi Bahasa Indonesia.

Masyarakat Indonesia dulu hanya mengenal dua versi Bahasa Indonesia yaitu Bahasa Indonesia baku dan tidak baku. Penggunaan kedua versi Bahasa Indonesia ini hanya terbatas dalam waktu dan kesempatannya saja. Bahasa Indonesia baku pada umumnya digunakan sebagai bahasa resmi suatu tulisan serta digunakan dalam komunikasi – komunikasi resmi seperti dalam rapat dan lain sebagainya. Sedangkan Bahasa Indonesia tidak baku digunakan pada kehidupan sehari – hari dalam situasi yang santai dan digunakan ketika berkomunikasi dengan orang – orang terdekat.

Namun walau demikian, penggunaan Bahasa Indonesia tetap diarahkan untuk menggunakan Bahasa Indonesia baku dengan alasan Bahasa Indonesia baku merupakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) serta dari segi psikologs, bahasa baku memang dinilai lebih sopan. Bahasa Indonesia baku lebih direkomendaasikan terbukti dengan adanya muatan pembelajaran membakukan Bahasa Indonesia yang tidak baku. Kegiatan ini selalu ditemui dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan.

Masyarakat Indonesia dengan ketidaksengajaannya terbagi menjadi beberapa golongan kaum pengguna bahasa Indonesia dengan versinya masing – masing. Penggunaan berbagai versi Bahasa Indonesia ini sedikit banyak mempengaruhi penampilan maupun cara berfikir orang yang menggunakannya. Walaupun hingga saat ini belum ada penelitian yang menghasilkan “hukum” yang pasti tentang hal ini, namun secara psikologis orang akan menampilkan diri sesuai dengan ragam bahasa yang ia gunakan.

Bagi kaum eksekutif dan dalam dunia pendidikan (intelek), bahasa baku masih menjadi primadona dalam berbahasa. Tentu saja hal ini disebabkan karena berbahasa Indonesia baku bagi mereka adalah sebuah keharusan ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain secara resmi dan teratur. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baku bagi kaum eksekutif dan intelek ini sangat mempengaruhi life style kaum tersebut. Bahasa baku yang mereka pergunakan dalam kehidupan profesional menyebabkan mereka menampilkan diri sebagai pribadi yang rapi, sopan dan formal. Dan bahkan kaum ini kadang – kadang menggunakan bahasa asing disela Bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Hal ini terjadi kemungkinan karena frekuensi mereka berinteraksi dengan orang asing yang lebih banyak sehingga menyebabkan mereka mencampurkan bahasa asing dengan Bahasa Indonesia.

Berbeda dengan kaum eksekutif dan intelektual yang menggunakan Bahasa Indonesia resmi dan baku, sebagian masyarakat Indonesia yang menyebut dirinya “anak gaul” dapat dianggap sangat jauh dari penggunaan Bahasa Indonesia yang baku dan resmi. Anak anak gaul ini jauh lebih menyenangi menggunakan Bahasa Indonesia yang santai dan tidak selalu menurut pada EYD. Anak anak gaul ini juga memiliki beberapa istilah menurut mereka sendiri yang jarang diketahui oleh masyarakat selain “anak gaul”.

Anak gaul ini tidak mau terikat dengan berbagai ejaan yang menurut mereka kaku dan dangat mengikat. Anak anak gaul ini hanya ingin berekspresi dengan bebas dan lepas sehingga mereka memilih menggunakan Bahasa indonesia yang santai dan mudah digunakan sehingga memudahkan mereka menjadi “anak gaul”.

Belum lagi ditambah dengan adanya golongan yang menyebut diri mereka sebagai “golongan alay” yang merupakan singkatan dari “anak lebay”. Lebay sendiri diartikan sebagai “berlebihan” sehingga golongan alay ini sering disebut sebagai ‘golongan yang “berlebihan”. Disebut berlebihan karena berlebihan dalam berperilaku, berpenampilan, maupun dalam perkataan. Golongan alay ini biasanya menggunakan berbagai aksen – aksen yang berlebihan sehingga tampak terlihat berlebih – lebihan.

Golongan alay ini sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat ramai saat ini. Golongan alay jugadikenal dengan ciri – cirinya yang menggunakan gabungan huruf dan angka saat mengungkapkan kata – kata dalam bentuk tulisan. Penggunaan tulisan yang mencampurkan huruf dan angka ini sangat sulit dipahami dan dimengerti oleh orang – orang pada umumnya. Namun, fenomena alay ini menjadi hal yang “ngetrend” saat ini. Jika ditilik dan dikaji dari sudut pandang ketatabahasaan, tentu saja kehadiran golongan alay ini mengancam eksistensi Bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.

Bahasa Indonesia begitu banyak mengalami guncangan dan tempaan hingga banyak mengalami perubahan bentuk yang sedemikian rupa. Terkadang secara tidak sadar, masyarakat pun latah dan turut serta dalam menggunakan bahasa gaul, bahasa alay atau pun bahasa apapun yang mendegradasi Bahasa Indonesia. Pantas saja Indonesia masih perlu banyak berbenah diri. Bahasa Indonesia yang menjadi ciri kepribadian bangsa saja banyak terombang-ambing oleh perkembangan jaman. Namun, tidak hanya sekedar mengkritik saja, karena menyalakan lilin akan jauh lebih baik daripada mengutuk kegelapan. Indonesia butuh orang – orang yang idealis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang sesuai EYD namun tetap dikemas secara fleksibel sehingga tidak kaku sehingga Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. 


Di Ambil Dari : http://rahmatfadillahdeathknight.blogspot.com/2012/10/3-artikel-yang-ramai-dibicarakan.html

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.